Pelajaran 11 - Berbagai Macam Bentuk Dari Keluarga
PERNIKAHAN KRISTEN DAN KEHIDUPAN KELUARGA
Pelajaran 11 - BERBAGAI MACAM BENTUK DARI KELUARGA
Daftar Isi
Bacaan Alkitab
Pendahuluan
- Keluarga Tanpa Anak
- Orang Yang Tidak Pernah Menikah
- Rumah Tangga Dengan Orang Tua Yang Hanya Satu
- Orang Yang Bercerai
- Jika Hanya Satu Yang Kristen
- Kesimpulan
- Ayat-ayat
Doa
Bacaan Alkitab
1Korintus 7:17.
PENDAHULUAN
Ketika kita berpikir tentang sebuah keluarga, biasanya kita
berpikir tentang dua orang tua dan anak-anak mereka. Dalam pelajaran
ini kita akan berpikir tentang pola keluarga yang berbeda. Beberapa
pasangan suami istri tidak mempunyai anak; dalam beberapa keluarga
hanya ada satu orang tua. Meskipun banyak orang yang menikah, beberapa
orang tetap tinggal sendiri (membujang). Allah bisa menghormati dan
memberkati semua pola keluarga ini jika semua anggota keluarga
tersebut mau menyerahkan diri kepada Tuhan.
1. KELUARGA TANPA ANAK
Pola Perjanjian Lama
Pada masa Perjanjian Lama, mempunyai banyak anak dianggap
sebagai berkat Tuhan bagi keluarga-keluarga dalam kehidupan
bangsa Israel. Mereka berpendapat bahwa mempunyai banyak anak
adalah karena Tuhan senang kepada mereka. Istrimu akan
menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-
anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!
Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang
takut akan TUHAN. Mazmur 128:3-4. Sebaliknya, tidak
mempunyai anak dianggap sebagai aib, suatu tanda bahwa Allah
tidak senang terhadap mereka. Namun dalam Perjanjian Lama,
beberapa orang melihat bahwa pernikahan tanpa anak mempunyai
nilai yang tinggi. Elkana bertanya kepada istrinya Hana yang
tidak Mempunyai anak, "Bukankah aku lebih berharga bagimu
daripada sepuluh anak laki-laki?" 1Samuel 1:8.
Bangsa Israel tinggal diantara orang-orang yang menyembah
berbagai dewa kesuburan. Bangsa Israel hanya memandang Allah
sendiri sebagai pemberi hidup. Mereka tahu bahwa hanya Allah
sendiri yang dapat meningkatkan hasil "buah kandunganmu,
hasil bumimu dan hasil ternakmu." Ulangan 28:4.
Bacalah Kejadian 30:1-2 untuk mendengarkan tangisan Rahel
yang mengeluh pada suaminya. Yakub, suaminya, tentu saja marah.
Jawabannya adalah "Akukah pengganti Allah yang telah
menghalangi engkau mengandung?"
Penekanan yang Baru Bersama Yesus
Dalam Perjanjian Baru, setelah kedatangan Sang Mesias,
Penebus, ada perubahan sikap terhadap ibu. Ada perubahan secara
berangsur-angsur dari pemikiran yang berkata bahwa mempunyai
anak adalah suatu hal yang paling utama bagi wanita.
Nilai dari seorang wanita tidak lagi tergantung pada jumlah anak
yang dilahirkannya. Titik berat beralih dari kelahiran secara
fisik menjadi kelahiran secara rohani - yaitu jalan masuk ke
dalam keluarga Allah melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Tentang hal mempunyai anak disebutkan dalam 1Timotius 5.
Paulus menasihatkan untuk menangani masalah janda-janda yang
masih muda, mengikuti apa yang diinginkan oleh budaya setempat,
supaya menikah lagi dan mempunyai anak. Alasannya adalah masalah
moral (ayat 11) dan arti dari suatu kehidupan (ayat
16). Mereka tidak ingin gereja dibebani dengan menghidupi
orang- orang muda tanpa sumber penghasilan selama masa yang
panjang.
Banyak Karunia
Tuhan Yesus menghormati dan merawat ibu-Nya. Tapi, Yesus
menunjukkan bahwa seorang wanita tidak dihargai dalam pandangan
Allah karena kemampuannya secara fisik untuk melahirkan anak,
namun karena melakukan kehendak Tuhan. Bacalah dalam Lukas
11:27 tentang wanita yang berteriak diantara orang banyak,
"Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang
telah menyusui Engkau." Yesus menjawab, "Yang berbahagia
ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang
memeliharanya." Ada banyak karunia yang lain yang dapat
diberikan oleh orang kepada dunia disamping anak-anak, dan
karunia tersebut sama pentingnya. Seseorang dapat menyenangkan
Allah dengan mempunyai anak atau tanpa anak. "Aku datang,
supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan." Johanas 10:10.
Beberapa Kepercayaan yang Salah.
"Tidak punya anak selalu
merupakan kesalahan istri."
Yang Benar: Tidak demikian! Tidak mempunyai anak tidak
seharusnya dianggap sebagai "kesalahan" suami atau istri. Ini
tidak selalu tergantung pada keadaan dari sang istri.
Kenyataannya ini mungkin keadaan sang suami. Saat ini, banyak
yang dapat dilakukan secara medis untuk menolong pasangan yang
tidak mempunyai anak, dan mereka hendaknya tidak ragu-ragu untuk
meminta nasihat dari dokter yang sesuai.
Kepercayaan Salah yang Kedua: "Tidak mempunyai anak
dalam suatu pernikahan berarti pernikahan itu gagal."
Yang Benar: Tidak demikian! Meskipun tidak ada anak-anak
yang dilahirkan, ada banyak alasan yang baik dalam suatu
pernikahan untuk tetap bertahan, bahagia dan diberkati.
Mempunyai anak adalah hanya salah satu alasan adanya pernikahan.
Dapat saling memberikan kasih, membantu untuk menjadi apa yang
Allah inginkan, menguatkan dan menghibur - semuanya itu dapat
memberikan kepuasan yang penuh. Kemampuan untuk dapat melahirkan
anak tidak membuktikan apa-apa kecuali bahwa anda memang bisa
melahirkan anak. Ada jauh lebih banyak lagi yang diperlukan
untuk membuat seseorang menjadi seorang suami atau istri yang
baik, seorang ibu atau ayah yang baik.
Kepercayaan Salah yang Ketiga: "Tidak mempunyai anak
merupakan hukuman Allah atas dosa."
Yang Benar: Tidak demikian! Tidak adanya karunia anak
bukanlah tanda bahwa Allah tidak senang. Anak-anak memang
merupakan karunia Allah, tapi Allah mempunyai banyak karunia
lain yang bisa diberikan.
Kepercayaan Salah yang Keempat: "Jika mereka berdoa dengan
sungguh-sungguh, mereka pasti akan mendapatkan anak."
Yang Benar: Tidak selalu! Jika suatu pasangan mengasihi
Allah, mereka harus percaya bahwa apapun yang diberikan kepada
mereka adalah yang terbaik, dan bukan terbaik nomor dua, tetapi
yang terbaik. Jika suatu pasangan telah berkonsultasi dengan
dokter yang baik dan sudah melaksanakan nasihatnya dan berdoa
dengan sungguh-sungguh supaya diberikan anak - namun kemudian
tidak ada anak yang dilahirkan, Tuhan mempunyai sesuatu bagi
pasangan tersebut yang justru lebih baik.
2. ORANG YANG TIDAK PERNAH MENIKAH
Biasanya seorang pria atau wanita pasti menikah. Namun ada
perkecualian. Anda tidak harus menikah untuk menuju pada kehidupan
yang penuh dan bahagia. Rasul Paulus memberikan suatu nasihat yang
baik dalam 1Korintus 7:17 saat dia berkata, "Selanjutnya
hendaklah tiap-tiap orang hidup tetap seperti yang telah ditentukan
Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah."
Orang-orang yang mempunyai karunia untuk hidup sendiri "demi
Kerajaan Allah" mampu untuk bertumbuh dalam kedewasaan sebagai
pribadi-pribadi yang mengasihi tanpa pertolongan manusia yang biasa
didapatkan dalam sebuah pernikahan. Mereka mempersembahkan seluruh
hidup mereka untuk melayani Tuhan. Paulus mengatakan bahwa ada
keterbatasan untuk melayani Tuhan dalam suatu pernikahan dan bukan
dalam kesendirian. "Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin
dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal
dalam keadaan seperti aku." 1Korintus 7:8.
Orang yang tidak menikah secara khusus harus memandang Allah
sebagai sumber kekuatannya. Sangat mudah pada masa sekarang ini
bagi orang yang masih sendiri untuk menginginkan perzinahan masih
dalam hidupnya. Kalau Allah memberikan karunia kesendirian, maka
Dia juga akan memberikan kepada anda kekuatan untuk hidup dengan
moral yang baik dan benar yang akan membawa kesaksian bagi-Nya.
Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang
telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia
dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua
jemaat. 1Korintus 7:17 Mintalah Allah untuk menolong
anda dalam menerima kehidupan yang sudah diberikan kepada anda.
3. RUMAH TANGGA DENGAN ORANG TUA YANG HANYA SATU
Beberapa rumah tangga hanya Mempunyai satu orang tua. Hal ini
bisa disebabkan oleh kematian, perceraian, atau pasangan yang
seperti suami istri namun tidak menikah (kumpul kebo). Yang cocok
bagi Allah adalah jika tiap rumah tangga mempunyai ayah dan ibu
yang mengasihi. Tetapi, banyak orang, terutama ibu-ibu yang
membesarkan anak-anak mereka, seorang diri. Kita patut berterima
kasih kepada satu orang tua yang rela menerima tanggung jawab dari
dua orang tua.
Untuk membangun orang dewasa yang utuh dan stabil, anak-anak
memerlukan contoh dari kedua orang tua untuk diikuti. Pengajaran
dan latihan tidak lengkap jika tidak dikerjakan oleh kedua orang
tua. Para jemaat di gereja perlu memberikan bimbingan dan bantuan
semaksimal mungkin pada keluarga dengan satu orang tua.
Ketika anak-anak kehilangan satu orang tua karena kematian, maka
orang tua yang masih hidup mempunyai tugas yang berat untuk
mengasuh anak-anak sendirian sementara masih berduka dan
menyesuaikan diri dalam keadaan yang berbeda. Ketika orang Kristen
gagal untuk mengikuti rencana Allah dan anak-anak di rumah tinggal
tanpa ayah atau ibu yang mengasihi dan bertanggung jawab, hal ini
dapat menyebabkan masalah yang besar bagi banyak orang. Perceraian
atau pasangan yang tidak menikah mencuri kehidupan yang baik bagi
anak-anak dan dewasa yang sudah Tuhan rencanakan. Tetapi Allah kita
menerima kita apa adanya. Karena Dia mengasihi kita, Dia mengampuni
kehidupan kita yang di luar rencana-Nya dan gagal menerima berkat-
berkat yang sudah disiapkan bagi kita. Dia menerima pertobatan kita
dan memberikan pengampunan. Maka kita harus menerima pengampunan
itu dan mulai hidup dalam jalan- Nya. Cita-cita dari setiap orang
tua harus mengikuti Amsal 22:6. Didiklah orang muda
menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak
akan menyimpang dari pada jalan itu. Pelajarilah ayat ini dan
jadikanlah sebagai cita- cita anda.
4. ORANG YANG BERCERAI
Perceraian bukanlah dosa yang tidak bisa diampuni. Allah masih
mengasihi orang yang telah bercerai. Seseorang tetap bersalah jika
dia tidak mencari dan menerima anugerah dan pengampunan dari Allah.
Namun, perceraian bukanlah cara untuk menangani berbagai masalah
pernikahan. Perceraian melemahkan semangat, menghancurkan impian-
impian dan mencerai-beraikan keluarga. Perceraian juga melemahkan
kehidupan dengan kesepian, kepedihan, dan kedukaan. Hanya kematian
pasangan dalam pernikahan yang lebih menyedihkan dibandingkan
trauma karena perceraian. Bacalah Maleakhi 2:13-16 untuk
menemukan alasan- alasan mengapa Tuhan membenci perceraian.
Tulislah alasan-alasan tersebut dibawah ini.
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
Perceraian merupakan pengumuman secara hukum dan di hadapan umum
tentang kehancuran dari suatu keluarga. Hal ini jahat di mata
Tuhan, Pencipta dari suatu keluarga. "Aku membenci perceraian,"
Firman Allah dalam ayat 16!
Bacalah Markus 10:2-12 untuk belajar apa yang Yesus
ajarkan tentang perceraian. Perhatikan pertanyaan yang ditanyakan
oleh orang-orang Farisi, "Apakah seorang suami diperbolehkan
menceraikan istrinya?" Apakah mereka juga menganggap seorang
wanita berhak untuk menceraikan suaminya? Memang tidak. Bagi
mereka, para wanita hanya mempunyai hak-hak yang sedikit. Yesus
mengutip dari tulisan Musa dalam Perjanjian Lama. Dalam ayat
6 Dia menunjuk pada rencana Allah saat permulaan penciptaan.
"Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan." Kemudian
Yesus mengutip dari Kejadian 2:24, "Sebab itu laki-laki
akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging." Kesetaraan antara
wanita dan pria dalam penciptaan dan pernikahan ditegaskan di sini.
Suami dan istri dibuat setara. Bacalah ayat 11 dan 12 lagi.
Apakah Yesus memberikan hak dan tanggung jawab yang sama pada laki-
laki dan perempuan? ______________ Apakah anda merasa bahwa para
wanita mempunyai tanggung jawab dan hak yang sama seperti pria?
_______________ Tuhan Yesus berFirman "Karena apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." ayat
6. Secara positif Tuhan Yesus mengatakan bahwa pernikahan
adalah dari Allah dan tidak boleh dihancurkan.
5. JIKA HANYA SATU YANG KRISTEN
Kita sudah mempelajari pentingnya memilih seorang Kristen
sebagai pasangan hidup. Namun kadang-kadang seseorang menikah
dengan pasangan yang tidak seiman. Mungkin pasangannya itu akan
diselamatkan setelah menikah, atau orang telah membuat suatu
pilihan tanpa memperhatikan dengan serius pada rencana Allah. Dalam
1Korintus 7 Paulus berbicara kepada orang Kristen tentang
menikah dengan orang yang belum diselamatkan. Dalam ayat 15
dia mengingatkan kepada kita, "Tuhan memanggil kamu untuk hidup
dalam damai sejahtera." Orang Kristen yang memiliki pasangan
yang belum diselamatkan mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
mempraktekkan prinsip-prinsip kekristenan tanpa dukungan dari
pasangannya. Dalam hal ini, orang Kristen tersebut harus ingat
untuk tetap berhubungan dengan kasih, lemah lembut, dan rendah hati
dengan pasangannya. Petrus secara khusus berbicara kepada seorang
istri yang suaminya belum diselamatkan, mendorongnya untuk hidup
dengan jalan yang memungkinkan bisa membawa suaminya untuk mengenal
Tuhan. Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada
suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada
Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan
isterinya...1Petrus 3:1.
Paulus memerintahkan pada pihak yang Kristen dalam pernikahan
untuk tidak menghancurkan pernikahan, tapi membebaskan pihak
Kristen dari tanggung jawab jika pasangannya yang belum percaya
tersebut meninggalkannya. Bacalah 1Korintus 7:12-15. Ketika
pasangannya yang memilih untuk pergi, orang Kristen tersebut
memiliki kebutuhan yang besar akan kasih dan dukungan dari
lingkungan Kristen.
6. KESIMPULAN
Kita sudah mempelajari beberapa pola keluarga yang berbeda dan
tantangan-tantangan khusus yang dihadapi. Dalam pelajaran awal kita
telah belajar bahwa setiap pribadi adalah lengkap di dalam Kristus.
Orang Kristen dapat mengandalkan Tuhan untuk mendapatkan kekuatan
dan petunjuk, bagaimanapun juga keadaan keluarga mereka. Tuhan
Yesus mendorong para pengikut-Nya dengan mengingatkan mereka akan
maksud Allah yang indah bagi mereka: "Janganlah takut, hai kamu
kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu
Kerajaan itu." Lukas 12:32
PASTIKAN ANDA SUDAH MEMBACA AYAT-AYAT ALKITAB BERIKUT INI
- 1Korintus 7
- 1Samuel 1:8
- Kejadian 30:1-2
- Lukas 11:27
- Amsal 22:6
- Markus 10:2-12
- 1Petrus 3:1
|
- Mazmur 128:3-4
- Ulangan 28:4
- 1Timotius 5:11, 16
- Yohanes 10:10
- Maleakhi 2:13-16
- Kejadian 2:24
- Lukas 12:32
|
|